ULAT
BULU DAN LEBAH
OLEH
PUJI LESTARI AZZAHRA
Wiiiiingggg....”Suara Bio si lebah cerewet.” Gumam pino
si ulat bulu. Ia malas sekali ketika ada si lebah cerewet yang datang pada
setangkai bunga tempat ia bersantai. Ia paling malas kalau diceramahi disuruh
banyak makan. Karena badannya sudah terasa gendut. Ia malu di ejek teman-temanya.
Apalagi sekarang ia dapat julukan si gendut berbulu lebat dan lamban berjalan.
Ia pun pura-pura tertidur. Ia membiarkan Bio hinggap di
mahkota bunga cantik itu.
“ Hai, Pino,” sapa Bio.
“ Malas sekali kau, jam segini masih tidur.” Ia
mendekatkan dirinya pada Pino.
Pino pun jengkel. Ia bergerak pindah ke bawah dahan. Bio
pun mengikuti Pino.
“ Pin, janganlah kau marah. Ayo makan. Jangan pantang
makan dan tidur terus.” Kata Bio. Ia pun hinggap di bunga Mawar yang sudah
nampak mekar penuh.
“ Apa urusanmu!” Jawab Pino sewot.
“ Pin, aku kan temanmu. Aku ga mau kamu sakit gara-gara
diet gak mau makan.” Jawab Bio di atas mekarnya bunga mawar.
“ Aku bersyukur kalau ulat jelek itu ga mau makan.
Daun-daunku jadi utuh semua. Biarkan aja. Dia juga sudah gendut kok. Dengan dia
tidak makan, itu sangat menguntungkan bagiku.” Celetuk Mawar.
Pino hanya diam tidak menyahut. Dari kejauhan terlihat Polo
si ulat tanpa bulu naik di dahan bunga matahari. Letaknya tak jauh dari tempat
Pino menempelkan badannya. Ulat itu terlihat sangat lapar. Ia pun mulai melahap
daun-daun bunga matahari itu. Ia juga bertubuh gemuk. Tampaknya ia makan banyak.
Kemudian mulai tertidur di ujung dahan dekat daun yang telah dimakannya.
Tampaknya ia juga tak mau menyapa Pino. Apalagi Lebah.
“ Tu, lihat temanmu. Meski gendut, dia tetep makan kok.”
Ucap Bio sambil berlalu meninggalkan Pino yang hanya terdiam tanpa kata.
Pino pun tidak menghiraukan kata-kata Bio. Pokoknya ia
ingin kembali langsing.Ia tidak mau di ejek-ejek lagi. Dia memutuskan untuk
puasa tidak makan sampai ia langsing kembali.
Hari demi hari berganti. Sampai sudah beberapa minggu. Ia
melihat temannya sudah berubah menjadi kepompong. Ia juga merasakan perubahan
tubuhnya. Ia terlihat kurus. Perutnya juga terasa lapar. Tapi, Ia tak bisa
berbuat apa-apa. Karena tubuhnya juga sudah mulai berubah menjadi kepompong.
Pino pun terbangun. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia
tertidur selama menjadi kepongpong. Sekarang tubuhnya sudah berubah. Ia punya
sayap yang kecil. Warna juga tidak menarik. Ia juga tidak bisa terbang tinggi
seperti yang lain. Ia melihat si ulat tanpa bulu sudah berubah menjadi kupu-kupu
cantik dengan sayap lebar dan warna-warni. Tubuhnya juga gendut tapi tetap
cantik serta gesit.
Ia hanya bisa terbang rendah. Badannya juga kecil. Ia pun
menyesal tidak mendengarkan pesan Bio. Ia sekarang hanya bisa menerima nasibnya
menjadi kupu-kupu yang kecil dengan sayap-sayap yang tidak sempurna.