BUDAYA MENDAHULUI SANG
KAKAK
Kali ini masih ingin ku tuliskan tentang seputar pernikahan.
Sesuai tema yang diajukan yaitu tentang budaya ataupun hal-hal yang masih
berkaitan .
Nah, di daerahku masih ada budaya untuk tidak melangkahi (mendahului) sang kakak
ketika ingin menikah. Sebelum kakak menikah, adik-adiknya tidak boleh menikah
duluan.
Berat kan?Apalagi kalau sang kakak belum punya calon. Harus
berapa lama nunggunya coba??? Alhamdulillah aku terlahir jadi anak pertama jadi
tidak khawatir untuk dilangkahi. Hehe...
Tetapi, budaya ini sudah tidak banyak ditemui karena zaman
yang semakin modern. Hanya beberapa orang tua yang masih kolot dan kekeh bahwa
adik tidak boleh menikah duluan sebelum kakak. Kalau adik dan kakak itu sama –
sama perempuan, masih ada yang memberikan tebusan atau semacam mahar pengganti
untuk sang kakak ketika ingin menikah terlebih dahulu. Mahar atau tebusan itu
sesuai dengan permintaan sang kakak.
Ketika kakaknya laki-laki dan adiknya perempuan, biasanya
tidak masalah ketika sang adik akan menikah terlebih dahulu. Nah, kisah yang
paling parah yang aku temui adalah keduanya adalah laki-laki. Jadi, sang adik
adalah temenku. Dia sudah berumur 38 tahun. 3 tahun yang lalu, dia sudah
mempunyai pacar dan sudah seriius ke arah pernikahan. Tetapi, sang ibu
benar-benar tidak boleh sebelum kakaknya menikah terlebih dahulu. Mau sampai
kapan?. Akhirnya si cewek bersikap tegas dan menerima pinangan cowok lain yang
jelas-jelas dan siap menikah.
Sekarang, si cewek sudah menikah dan punya dua anak.
Sedangkan si cowok masih membujang dan kakaknya juga tak kunjung menemukan
jodohnya. Kasihan banget kan?Sang adik jadi terhalang bertemu jodoh gegara
budaya dan adat yang masih kekeh dipegang oleh orang tua.
Mari para orang tua untuk memberikan hak partisipasi kepada
anak. Hak untuk menentukan atau memilih pasangan mereka. Tugas kita sebagai
orang tua hanya mengarahkan dan mendoakan bukan mengekang mereka. Karena
menikah itu butuh keyakinan tanpa paksaan. Keyakinan dan komitmen yang kuat akan
menguatkan mereka dalam mengarungi bantera rumah tangga.
(307 kata).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar