UJIAN CINTA
“Ini surat
dari sapa, Mas?”Fara menunjukkan beberapa lembar surat cinta kepada suaminya
setelah sholat berjamaah di rumah. Ia menemukan surat itu saat beres-beres
lemari. Ingin sekali Ia mendamprat suaminya lewat WA saat suaminya masih kerja.
Tapi, Ia mengurungkan niatnya. Ia menunggu suaminya pulang. Lalu, menyiapkan makan
siang, kemudian sholat berjamaah.
“Dariiiiiiiii...Lula,”jawabnya
lirih. “Mas....”ucapnya terpotong karena Fara berlari ke kamar. Hatinya begitu
sakit mendengar nama mantan pacar suaminya disebut. Ia teringat ketika dua
bulan setelah menikah, Farhan suaminya diam – diam memberikan pinjaman uang
kepada mantan pacarnya untuk biaya kuliah. Luka itu belum sembuh karena
kejadian itu baru satu bulan berlalu.
Surat cinta
mereka membuat luka Fara semakin dalam. Ia tak menyangka kalau hubungan mereka
sangat serius. Suaminya tidak pernah cerita tentang Lula. Ia tidak pernah
menyangka seseorang yang dipanggil tante oleh Farhan ternyata pernah menjalin
kasih dengannya.
Air mata
Fara tidak bisa tertahan lagi. Suaminya yang sangat Ia cintai dari awal ijab
qobul disebutkan ternyata tega membohonginya.
“Sayang,
maafkan Mas...”Bujuk Farhan sambil membelai rambut Fara yang berbaring
membelakangi Farhan. Ia merasa bersalah telah membuat istrinya menangis. Ia
tidak tega melihat istrinya yang sekarang mengandung buah hatinya menangis.
Fara tak
bergeming. Ingin rasanya dia pergi dari rumah saat itu juga. Tidak lama
kemudian ia pun tertidur.
...................................................................................
Selepas
sholat magrib, Fara tidur. Ia masih sakit hati. Ia masih tidak kuasa untuk
berkata – kata.
“Sayang, ayo
bangun sholat isyak...”Ucap Farhan lembut.
“Iya.”
Jawab Fara ketus.
Farhan
hanya bisa memandangi istrinya keluar dari kamar dengan wajah sembab.
“Hubungan
Mas dengan dia sejauh apa, sich.”tanya Fara dengan suara parau dan bergetar
selepas sholat berjamaah.
“ sudahlah
dek, tiap orang punya masa lalu. Aku salah.Kamu masih mau terima aku apa tidak.”
Jawab Farhan dengan kesal kepada istrinya. Lalu, ia berlalu dan duduk di ruang
keluarga.
Mendengar
jawaban suaminya, Fara berkemas mengambil tas dan kunci motor. Jam menunjukkan
pukul 23.30 WIB.
“Jangan
pergi, Dek...”Farhan bangkit dari tempat duduk dan memeluk Fara.
“Lepas,
Mas...buat apa aku disini kalau hati Mas ada yang lain.” Jawabnya disertai isak
tangis yang tidak dapat terbendung.
“Aku sudah
cerita tentang masa laluku. Setelah menikah, hanya Mas yang aku cintai.
Tapi...ternyata Mas...”tangisnya semakin tak terbendung.
“Ga dek,
Mas Sayang Adek...Jangan pergi, Dek...”Farhan juga tidak kuasa menahan tangis.
Ia memeluk erat Istrinnya.
“Mas
bohong. Mas terpaksa menikahi aku kan?Mas ga sayang aku. Aku pergi saja.”Ucapnya
terbata – bata dan beronta dari pelukan Farhan.
“Ga,
Dek...Mas tidak terpaksa menikahi Adek...Mas, Sayang Adek,”Farhan semakin erat
memeluk Istrinya. Ia berusaha menenagkannya.
“Maafkan
Mas, Dek...Mas, salah sudah berbohong...Itu hanya masa lalu, Mas hanya Sayang
sama kamu,”pintanya dengan air mata berderai.
Malam
semakin hening, hanya isyak tangis mereka yang terdengar. Fara pun berhenti
meronta. Rasa sayang yang begitu besar kepada suaminya mengalahkan amarah yang
meledak-ledak. Rasa cinta yang besar membuat hatinya tidak kuasa untuk tidak
memaafkan suaminya.
“Mas...Sayang...
Adek... kan?”tanya Fara terbata-bata.
“Iya,
Sayang...Mas Sayang banget sama, Adek...Jangan pergi...Maafkan Mas ya,
Sayang..?Mas ingin membangun keluarga yang baik dengan mu selamanya.”jawab
Farhan parau.
Mereka pun
berpelukan erat dalam tangis yang masih
terdengar diantara keduanya. Selanjutnya, hanya waktu yang akan menjawab janji
Farhan yang terikrar didalam hati. Bahwa ia tidak akan membuat Fara menangis
dan akan selalu setia dengan istri yang telah dipilihnya dengan penuh
keyakinan.
(525 Kata)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar