Minggu, 22 Juli 2018

SECUIL KENANGAN ?30HariMenulisDay28


SECUIL KENANGAN


“Apalah aku ini, seseorang yang pernah gagal,”batinku kala itu yang minder karena pernah gagal dalam menjalani pernikahan.    Bagiku, gagal dalam menjalani pernikahan seperti dunia berkabut. Hitam pekat tanpa sinar. Apalgi gagal setelah memiliki anak. Berbagai pikiran berkecamuk karena putri kecilku akan kehilangan sosok ayah. Tidak bisa lengkap seperti anak-anak yang lain.

Waktu pun terus berjalan. Sampai tidak terasa putri kecilku sudah berumur 6 tahun dan aku baru berani untuk menerima pinangan laki-laki baik yang mau menerima aku apa adanya. Kalau ditanya, apakah aku masih trauma? Jujur, aku masih trauma dan aku takut apakah nanti ia akan menerima anakku layakny anak dia sendiri? Meski ia sangat baik dan mau menerima masa laluku.

Aku pun benar-benar mempertimbangkan keputasan ini dengan sepenuh hati. Tak lepas sholat istiharoh mengharap petunjuk terbaik dari Allah. Akhirnya dengan kemantapan hati ku putuskan untuk menerima pinangannya dan menjalin kehidupan baru dengannya. Aku tidak ingin menjalani pernikahan ini dengan setengah hati. Karena sesuatu yang kita jalani setengah hati akan menuai kegagalan. Hal itu dulu yang aku alami saat pernikahan pertamaku.

Dulu, aku memilihnya dengan setengah hati, karena aku tidak ingin ditolak Ibu lagi saat aku mengajukan calon. Karena Ibu berharap aku bisa menikah dengan laki-laki yang tidak jauh dari rumah. Dalam artian bisa dijangkau, tidak jauh-jauh dari Kabupaten tempat kami tinggal.

Akhirnya, ketika ada cowok yang meminang, rumahnya dekat rumah dan Ibu setuju, aku pun tidak menolak. Meski aku ragu saat menjelang hari H pernikahan. Panjang cerita sampai akhirnya dia pergi saat aku hamil 6 bulan. Ia pun tidak kembali saat aku melahirkan. Lalu, Ia datang untuk mengajukan pisah. Kami pun resmi berpisah saat putri kecil ku ber umur 3 bulan. Meski ia sudah pergi sejak aku hamil 6 bulan.

Hari-hari dengan status single parent harus aku jalani selama 6 tahun. Sedih, baper dan air mata berderai saat melihat putri kecilku.Alhamdulillah, ASI ku akala itu lancar meski rasa sedih menggantung di langit-langit hatiku.

“Bun, adik bangun, minta mimik.” Panggil Tiara yang sontak membuatku kaget. Ah, tempe ku gosong karena ku melamun sesaat teringat masa lalu.
Aku pun mematikan kompor, ambil wudhu baru memberikan ASI pada putra ku yang baru berumur 2 bulan.

“Alhamdulillah, atas nikmat suami yang baik sekarang dan anak-anak yang luar biasa, Engaku telah mengganti sedihku dahulu dengan kebahagiaan sekarang. Janji MU adalah benar, akan ada kemudahan setelah kesulitan.”Gumamku sembari memberi Asi.

(389 kata)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RESOLUSI 2019

Banyak hal yang sudah kita lewati bersama suka duka sudah kita lalui bersama Biarkan tahun kemarin berlalu dengan membawa hal-hal yang bu...